Ulang tahun atau hari kelahiran sudah barang tentu setiap orang memilikinya. Tapi jangan salah, ada lho ... orang yang tanggal kelahirannya tidak jelas. Seperti orang tua saya, karena tidak terekam tanggal kelahirannya, maka untuk kepentingan administrasi ditetapkanlah tanggal lahirnya menyamai tanggal kemerdekaan RI. Maklum, jaman sebelum kemerdekaan bisa jadi belum semua orang memperhatikan masalah administrasi.

Meskipun ada orang yang tanggal lahirnya tidak pasti, namun setiap orang tentu mempunyai tanggal lahir. Dalam matematika, hubungan antara orang dengan tanggal lahirnya adalah contoh dari sebuah fungsi. Yaitu relasi dari dua himpunan yang mensyaratkan setiap anggota himpunan mempunyai pasangan dan pasangannya tepat satu. Pusing kan .... Hehee .... Ayo, coba sebutkan dua himpunan dari fungsi tanggal lahir itu apa saja?

Tapi kali ini bukan tentang fungsi tanggal lahir yang akan dibahas. (Jangan marah, please ....) Saya akan bercerita sedikit tentang kebiasaan kami mengulang hari lahir atau ulang tahun. Mungkin juga karena kami, saya dan suami, dibesarkan dari keluarga yang tidak membiasakan acara ulang tahun, maka ketika kini mempunyai keluarga kecil, tidak ada juga acara perayaan ulang tahun. Entah kalau keadaan asal muasal kami tidak demikian.

Selain tidak terbiasa merayakan ultah sejak kecil, pemikiran kami juga sejalan. Perayaan ulang tahun yang digelar layaknya pesta, meski hanya kecil-kecilan, tidak lebih banyak manfaatnya bagi orangtua maupun anak. Bagi kami yang pemalas dengan keribetan, acara perayaan ultah hanya memberi bayangan keruwetan. Ruwet dalam persiapan dan pelaksanaan acara, ruwet dalam budget, dan yang lain-lain.

Bagi mereka yang merayakan, biasanya mempunyai pandangan sebagai bentuk perhatian dan bukti rasa sayang terutama dari orangtua kepada anak atau pun sebaliknya. Untuk tujuan itu, kami memilih mengungkapkannya dengan makan bersama. Bisa dengan memasak menu kesukaan di rumah, atau makan bersama di warung makan kesukaan. Menghindari perayaan yang berupa pesta, bagi kami karena lebih berdampak membiasakan anak dengan sifat berlebih-lebihan. Didukung lagi, sebagai muslim tidak ada tuntunan perayaan semacam itu.
Jadilah kami merasa lebih nyaman mengingati hari lahir dengan mendekatkan perasaan sebagai keluarga berupa makan bersama. Biasanya disisipkan dengan nasehat untuk memperbaiki kebiasaan yang belum tepat.


Pernah sih, si kecil menanyakan "Kenapa aku nggak pernah ulang tahun seperti A?" Kami menjelaskan padanya perlahan dan akhirnya dia pun mengerti. Semoga memang mengerti dengan benar.  Setidaknya sebagai orangtua sudah berusaha menyampaikan prinsip yang baik bagi kami.
Begitulah ultah ala keluarga kecil kami. Sekedar berbagi, mungkin ada yang sejalan dengan pemikiran sederhana ini.


#onedayonepost
#kelasnonfiksi
#ODOPbatch5

4 comments:

  1. Kalau saya biasanya nggak sampai ngadain pesta. Hanya bagi-bagi nasi kuning ke tetangga...:)

    ReplyDelete

 
Diary Guru © 2016 | Contact Us +6281567814148 | Order Template di Sangpengajar
Top