Beberapa waktu lalu tak sengaja menonton sebuah video yang lewat di beranda Facebook. Wi-fi memutar otomatis video yang dibagikan oleh seorang teman.Terbahak mengikuti adegannya yang memperlihatkan beberapa peristiwa kecelakaan. What? Kecelakaan kok malah terbahak? Kesannya sadis yak?
Tunggu, itu memang video kecelakaan, tapi 100% jadi lucu dan konyol rasanya. Bercerita tentang beberapa pasang calon pengantin yang sedang membuat foto prewedding, namun justru kesalahan yang terjadi. Semua karena kemauan alam, sehingga tampak natural dan terasa menggelikan.
Ada yang terpeleset dari atas batu dan masuk berdua ke dalam air, ada lagi yang sudah siap dengan gayanya namun tiba-tiba ombak menyapu melampaui tinggi badannya. Jadilah basah kuyup seluruh baju pengantinnya. Ada pula hewan air menyelusup ke dalam pakaian pengantin wanita yang menjuntai panjang. Terjadilah kehebohan mengeluarkan hewan nakal itu hingga si wanita lagi-lagi terjungkal ke dalam air. Saya sampai merasa kaku perut karena terpingkal-pingkal.
Namun, di balik kelucuan yang muncul, ada nilai lain yang saya tangkap dari video tersebut. Alam tidak menyukai sikap berlebih-lebihan. Karena berlebih-lebihan itu dekat dengan kesombongan. Itu yang saya catat.
Pernah, kejadian semacam itu dialami suami jauh sebelum bertemu saya. Saat acara studytour kampusnya ke Bali, di sebuah pantai, suami sedang bermain air di atas karang bersama teman- temannya. Dia berkata: "Katanya ombaknya besar, mana?"
Serasa baru selesai berucap, tetiba "byarr" air yang tampak tenang berubah menjadi ombak tinggi. Seketika suami dan teman-temannya berlarian dengan rasa takut dan sesal atas ucapannya. Itu salah satu bukti lagi, alam tidak menyukai kesombongan pada manusia.
Satu lagi, hal semacam itu saya sadari di Ternate. Selama sembilan tahun tinggal, akhirnya saya memahami tentang hal tersebut. Pada awalnya, saya pikir kepercayaan seperti misalnya "kalau ada burung prenjak berarti akan ada tamu yang datang" adalah hal yang lebih dekat kepada kekufuran. Begitu pula saat baru tiba di Ternate, ada yang mengatakan "kalau hujan berhari-hari hampir tanpa henti, pasti ada kejahatan yang telah terjadi". Hati kecil saya langsung mengatakan kalau itu hanya kepercayaan yang keliru.
Namun, waktu membuktikan bahwa ternyata ungkapan itu memang berkali-kali terjadi dan benar. Setiap kali hujan berhari-hari dan seakan tanpa jeda, maka akan berhenti saat terungkap suatu tindak kejahatan. Pernah diakhiri dengan (maaf) ditemukannya mayat tak dikenal, pembuangan bayi, atau yang terakhir kali adalah terungkapnya tindak asusila yang tak beradab. Dari sekian kali kenyataan itu lah, saya bisa mengatakan bahwa alam tidak menyukai kesombongan manusia. Alam Ternate akan menangis sejadi-jadinya saat menyaksikan kesombongan manusia di dalamnya.
Gambar dari www.pixabay.com
Alam dalam hal ini bumi dan isinya, yang tampak sebagai benda mati di mata manusia, adalah makhluk yang sangat taat kepada Penciptanya. Teringat sebuah ayat dalam Al Qur'an yang menceritakan mimpi Nabi Yusuf tentang sebelas benda langit bersama matahari dan bulan bersujud kepada beliau. Seorang penulis dan ilmuwan mengartikan bersujud sebagai berputar atau mengelilingi sebuah pusat. Sehingga bisa dikatakan, rotasi bumi setiap hari adalah bentuk sujudnya kepada Sang Pencipta. Dari sini tampak bahwa alam mempunyai sifat sangat tunduk terutama kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Menjadi masuk akal rasanya jika alam bisa mengungkapkan sikapnya saat ia menyaksikan kesombongan apalagi kedzaliman manusia.
Maka berhati-hatilah saat di alam bebas, karena alam tidak menyukai berlebih-lebihan dan kesombongan. Itu kunci keselamatan di alam terbuka. Namun lebih besar lagi, salah satu kunci keselamatan hidup adalah berhati-hati karena Allah tidak menyukai berlebih-lebihan dan kesombongan dari hamba-Nya.
Wallahu a'lam bisshawab.
Semoga Allah mengampuni saya.
#onedayonepost
#ODOPbatch5
Bukan hanya di alam kita hati-hati berbicara, tapi di mana saja.
ReplyDeleteBetul3 di media juga harus ya mbak ....
Delete