Sebuah kebun cengkih milik seorang warga di Kelurahan Gambesi - Kecamatan Ternate Selatan, beberapa tahun terakhir menjadi destinasi bersantai dan swafoto banyak orang. Lokasi yang tidak terlalu sulit dijangkau membuat kebun cengkih ini layak dikunjungi. Berjarak sekitar 1,5 km dari jalan raya Gambesi, pengunjung bisa mengambil beberapa jalan alternatif melalui daerah kampus UNKHAIR atau bisa lewat jalur SMAN 3 Ternate. Dari pusat kota Ternate, kebun ini berjarak sekitar lima kilometer.

Seorang teman bercerita, suaminya lah yang pertama kali mengunggah swafotonya di akun Facebook. Ia menemukan lokasi kebun yang menarik saat sedang bermotor di Gambesi. Ternyata foto unggahannya disukai dan direspon ramai oleh warganet di Ternate. Sejak itu kebun cengkih Gambesi menjadi banyak dikunjungi oleh warga dan ramai unggahan fotonya di akun media sosial lokal. 

Saya sendiri sejak ramai betebaran foto di berbagai media, merasa penasaran sekali ingin ke sana. Barulah tahun 2017 akhir kesampaian menginjakkan kaki di rumput segarnya. Sejak itu, rasanya nagih untuk kembali, meski sampai kini belum kesampaian lagi.


Pemandangan pohon-pohon cengkih yang tinggi dengan sebagian cabang-cabang pohonnya yang sudah kering, sebagian lagi masih segar, menjadi indah dipandang. Suasana kebun yang rindang, disegarkan lagi oleh tanah yang tertutup rumput bak permadani hijau membentang. Rasanya ingin berlama-lama di tempat yang memberikan suasana ketenangan itu.


Anak-anak bisa bermain bebas di alam terbuka yang segar, berlarian hingga berguling-guling di rumput. Beberapa pengunjung ada yang membawa ayunan instan untuk dipasang di antara batang-batang cengkih. Namun kebanyakan tentu sibuk mencari sudut berfoto yang menarik. 


Salah satu sudut berfoto berupa sebuah rumah kebun yang sudah tua. Kebiasaan orang di sini, pemilik kebun membuat rumah mungil, biasanya rumah panggung, untuk beristirahat saat merawat kebun. 
Berada di tempat itu, yang saya bayangkan selain bersantai dengan keluarga, cocok sekali dimanfaatkan sebagai tempat bertemu bagi anggota komunitas. Duduk santai sambil membahas materi atau program kerja komunitas sepertinya nyaman sekali.

Namun, keberadaan kebun cengkih yang merupakan milik warga perorangan ini membuatnya masih minim fasilitas sebagai tempat wisata. Pengunjung hanya bisa datang untuk menikmati suasana alam yang segar saja. Fasilitas yang biasa ada di tempat wisata seperti toilet, tempat ibadah, dan tempat makan minum, belum tersedia di sini. Sehingga pengunjung harus membawa persiapan makanan dan minuman dari rumah.

Jika pemilik kebun jeli melihat peluang, menurut saya kebun cengkih ini bisa menjadi bisnis wisata yang menjanjikan. Pemilik perlu mengadakan fasilitas umum tempat wisata, akan lebih baik lagi dilengkapi wahana permainan alam, bisa juga membuka peluang kios makanan dan minuman. Jika dikelola dengan baik, peluang menjadi tempat wisata alam dan playground yang ramai pengunjung cukup besar. Karena lokasi yang strategis, dekat dengan kampus dan sekolah, serta tidak terlalu jauh dari pusat kota. 

Saat saya ke sana, tidak ada tiket masuk yang dikenakan untuk pengunjung, hanya biaya parkir kendaraan. Tarif parkir dituliskan di papan, Rp. 5.000,00 untuk motor dan Rp. 10.000,00 untuk mobil. Jika sudah dikelola dengan fasilitas yang memadai, pengunjung pasti tetap rela meski dipasang tarif masuk per orang. Namun, tentu harus lebih dulu disiapkan kelayakannya sebagai tempat wisata, terutama fasilitas terpenting, keberadaan toilet yang memadai. Jika itu sudah terwujud, saya yakin tempat ini bisa menjadi kebun cengkih yang bikin nagih untuk selalu balik dan balik lagi. 

#tantanganreviewtempatwisata
#kelasnonfiksi
#onedayonepost
#odopbatch5

0 comments:

Post a Comment

 
Diary Guru © 2016 | Contact Us +6281567814148 | Order Template di Sangpengajar
Top