Sejak menulis tantangan Menulis Perjalanan Menulis, jadi teringat buku-buku catatan yang dulu dikoleksi. Salah satunya sebuah notes berwarna kuning, seukuran 10 x 20 cm yang dibeli di bazar kampus. Mungkin waktu itu bazar pertama yang dikunjungi selama kuliah, karena di buku itu lah tertulis materi kajian pertama di kampus. Jangan tanyakan, apakah notes itu masih tersimpan kini. Saya sedih mengingat nasibnya.
Masih ingat betul materi pertama yang tertulis di buku bersampul kuning itu adalah tentang hati. Sayangnya sudah lupa siapa pematerinya, karena memang berganti-ganti setiap pekan. Namun, meski lupa siapa beliau, semoga pahala amal jariyah selalu mengalir untuknya. Aamiin ....
Sejak teringat buku kuning yang kini sudah tak berbekas, jadi terpikir untuk menuliskan kembali materinya di blog, supaya bisa dibaca ulang atau dibaca orang lain. Materi yang masih teringat saja tentunya, dan beginilah intinya.
Diawali dengan sebuah hadis yang kurang lebih isinya:
Bahwa di dalam tubuh manusia, ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika segumpal daging itu buruk, maka buruk pula seluruh tubuh itu. Maka ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati.
Bahwa di dalam tubuh manusia, ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan jika segumpal daging itu buruk, maka buruk pula seluruh tubuh itu. Maka ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati.
Saya googling, hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Buhari.
Entah mengapa, saya suka sekali cara penyampaian pada hadis itu. Sebetulnya di SMA sudah pernah mengetahuinya, tapi mungkin karena sekilas jadi belum terasa indahnya.
Kemudian, pemateri menyampaikan pembagian atau jenis- jenis hati menurut ilmuwan Imam Al Ghazali.
Ada tiga jenis hati, yaitu:
1. Hati yang hidup/sehat
2. Hati yang sakit
3. Hati yang mati
Ada tiga jenis hati, yaitu:
1. Hati yang hidup/sehat
2. Hati yang sakit
3. Hati yang mati
Penjelasannya begini:
Hati yang sehat ciri-cirinya yaitu senantiasa bergetar saat Asma Allah disebut, selalu mengingat Allah, senantiasa mengajak pada kebaikan, dan merasa berdosa saat berbuat keburukan.
Hati yang sehat ciri-cirinya yaitu senantiasa bergetar saat Asma Allah disebut, selalu mengingat Allah, senantiasa mengajak pada kebaikan, dan merasa berdosa saat berbuat keburukan.
Hati yang sakit adalah hati yang kurang mengingat Allah, mudah berbuat baik namun juga mudah mengikuti hal buruk.
Sedangkan hati yang mati, adalah hati yang tidak mengingat Allah bahkan menolak untuk mengingat-Nya. Ia mengajak berbuat buruk pada tubuhnya.
Jadi, hati yang sakit bukanlah yang baru patah hati ya .... ๐๐
Jadi, hati yang sakit bukanlah yang baru patah hati ya .... ๐๐
Pemateri juga menyampaikan, setiap tubuh melakukan perbuatan buruk, akan muncul satu titik hitam di dalam hatinya. Maka jika tubuh selalu berbuat buruk, hatinya bisa jadi akan hitam legam.
Di sini logika saya menghubungkannya dengan medis dan penyakit fisik pada hati.
Di sini logika saya menghubungkannya dengan medis dan penyakit fisik pada hati.
Selanjutnya, disampaikan pula bagaimana agar memiliki hati yang sehat.
Sebagaimana tubuh, hati juga perlu nutrisi yang dapat membuatnya sehat. Nutrisi sehat untuk hati adalah berdzikir atau mengingat Allah. Berdzikir saat berbaring, duduk, maupun berdiri.
Sebagaimana tubuh, hati juga perlu nutrisi yang dapat membuatnya sehat. Nutrisi sehat untuk hati adalah berdzikir atau mengingat Allah. Berdzikir saat berbaring, duduk, maupun berdiri.
Menurut saya, mengingat Allah di dalam hati, berpikir tentang Allah dari apa yang dilihat, dan berkata tentang kebaikan dan kebenaran, juga salah satu cara mengingat-Nya.
Semoga tulisan ini juga salah satu cara saya dalam mengingat-Nya. Selain sebagai pengganti kenangan pada buku kuning, notes pertama di masa masih mahasiswa.
Oh, iya ... jadi ingat juga sebuah nasehat, "Janganlah lihat siapa yang berbicara, namun perhatikan apa yang dibicarakan."
#onedayonepost
#kelasnonfiksi
#ODOPbatch5
#kelasnonfiksi
#ODOPbatch5
0 comments:
Post a Comment