Ceritanya, siang menjelang sore di hari Jum'at ini, saya dan suami sedang ingin mencari suasana baru. Berdua kami melaju dengan motor matic menyusuri jalanan Ternate menuju ke arah dara. Sengaja memilih jalan yang belum pernah dijangkau karena maksud tadi. Benar saja, lewatlah kami di kawasan yang memberikan pemandangan luar biasa. Di sebelah lao tampak jajaran pulau Maitara dan Tidore disertai buih putih yang memisahkannya dari Ternate. Udara pun terasa segar karena banyak pepohonan menaungi di kanan kiri. Berbagai jenis pohon diantaranya: pala, cengkih, kelapa, mangga, dan pohon lain yang kurang dikenali.


Mungkin hampir dua jam kami menikmati kesegaran udara dan mengikuti jalanan yang turun naik. Kadang naik dan turun sangat tajam karena memang sudah di kawasan lereng gunung Gamalama. Sempat terbaca papan nama yang menuliskan nama daerah ini yaitu Tongole.

Sampai di sebuah titik menuju jalan menurun, saat itu kumandang azan asar terdengar. Tetiba suami saya seperti kaget dan menekan setang berulang-ulang. Saya sempat bertanya ada apa, sebelum kaki kirinya berusaha menghentikan laju motor yang melesat kencang karena jalanan yang turun cukup tajam.

Tepat di tikungan jalan, motor kami berhasil berhenti. Tuas rem depan dan belakang tidak bisa menghentikan laju motor. Rem kami blong. Suami berusaha menetralkan motor dan kepanikan di antara kami. Seekor anjing mendekati, tepat di belakang motor membuat saya kurang nyaman. Jadilah menahan panik dan takut pada hewan yang tidak familiar itu. Untuk melaju kembali tidak mungkin karena jalanan menurun tajam dan rem masih belum berfungsi.

Sesaat kemudian, seorang anak muda menghentikan motornya di depan kami. Dia menyapa dan menanyakan ada masalah apa. Sepertinya sudah paham apa yang terjadi melihat gerakan suami. Tak disangka dia menepikan motor dan menghampiri kami, mencoba memutar rem di roda belakang namun terasa keras. Suami mengatakan, pernah terjadi begitu tapi akan normal kembali saat sudah di jalan mendatar.

Selanjutnya, anak muda itu menawarkan saya untuk memboncengnya sampai di akhir turunan. Kami pun menerima kebaikan hatinya. Sepanjang jalanan yang turun tajam, dia berusaha mengawal suami yang melaju di depan. "Pelan saja Om, jangan gas," beberapa kali ia mengingatkan. Dia sempat bercerita bahwa di turunan itu memang sering terjadi kecelakaan karena rem blong. Sudah cukup banyak korban berjatuhan.

Di ujung turunan kami berhenti, dan alhamdulillah rem sudah mulai berfungsi. Saya beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada si anak muda, sebelum kami berpisah.

Dalam perjalanan berikutnya, saya jadi merenung. Dia sekitar usia SMA, seumuran anak-anak saya di sekolah. Tapi membanggakan punya kepedulian kepada orang asing yang belum paham daerahnya. Bersyukur saya, serasa dipertemukan dengan malaikat tak bersayap yang telah menyelamatkan jiwa. Bisa saja tanpa bantuannya kami mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Disamping tentunya karena kehendak dan kasih-Nya. Dalam diam saya mendoakan, semoga pemuda itu selalu menemukan kemudahan dan pertolongan di manapun berada.

Satu hal lagi, anak muda itu menyadarkan saya. Sikap dan karakter peduli mungkin terasa kecil, namun bisa berdampak besar. Sayangnya karakter itu sekarang ini bisa dikatakan sesuatu yang mahal. Banyak orang justru semakin menipis kepeduliannya pada sekitar.
Dalam konsep pendidikan karakter, kepedulian yang ditunjukkan anak muda itu disebut peduli sosial, yaitu mempunyai kemauan untuk selalu membantu orang lain di sekitarnya.
Selain peduli sosial, ada pula karakter peduli lingkungan alam.

Tulisan ini semoga menginspirasi kita betapa sikap peduli yang tampak sederhana,  mungkin akan menyelamatkan nyawa manusia. Yuk lah, tanamkan dan pertebal kembali karakter peduli kepada orang dan lingkungan di sekitar kita. 

#onedayonepost
#kelasnonfiksi
#odopbatch5

5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. InsyaAllah cekgu, semoga kepedulian itu selalu tertanam dalam diri😇🙏
    Sungguh, sangat menginspirasi😇👍

    ReplyDelete
  3. Masyaa Allah, kisah yang menginspirasi. Terima kasih mbak Desi

    ReplyDelete

 
Diary Guru © 2016 | Contact Us +6281567814148 | Order Template di Sangpengajar
Top