Surat Al Hujurat ayat 12 mengingatkan kepada orang beriman untuk menjauhi kebanyakan prasangka, karena sebagian prasangka adalah dosa. Dalam keseharian, bersosialisasi dengan berbagai karakter orang, prasangka hampir selalu muncul dalam benak kita. Ada prasangka yang baik pun ada pula prasangka buruk, husnudzon dan suudzon. Bukan hanya kepada manusia, prasangka kita juga sering hadir kepada Allah. 

Sebagai orang beriman, tentu kita akan selalu berusaha berprasangka yang baik dan meninggalkan prasangka buruk. Dalam sebuah hadis, disebutkan prasangka buruk adalah sebenar-benarnya dusta, dan dalam ayat di atas jelas disebut dosa. Ada sebuah nasehat yang berkembang di media bahwa prasangka buruk adalah penyebab penyakit hati/liver. Untuk hal ini belum tahu kebenaran pastinya, namun bagi saya itu cukup masuk akal. 

Secara manusiawi, orang umumnya lebih mudah berprasangka buruk daripada yang baik. Karena bersuudzon itu dosa, maka tentu kita harus meninggalkannya dan menggantinya dengan husnudzon. Husnudzon yang tertinggi adalah prasangka baik kepada Allah. Hal itu sangat penting karena akan menentukan nasib seseorang. Mengapa? Dalam sebuah hadis qudsi, Allah azza wajalla berfirman, "Aku sesuai dengan prasangka hambaku." Jadi prasangka baik terutama kepada Allah adalah hal mutlak yang harus dimiliki seorang mukmin.

Namun, dalam kenyataan husnudzon bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Karena nafsu lebih mudah mengajak kepada suudzon. Nah, berikut ini tiga hal penting yang bisa dicoba untuk membaikkan prasangka.

1. Berniat kuat
Kita tahu setiap amal tergantung pada niatnya. Begitu pula dalam berprasangka baik, agar lebih mudah dan kuat kita perlu menyadari pentingnya niat sungguh-sungguh tentunya untuk menggapai ridlo-Nya.

2. Pembiasaan
Jika sudah berniat kuat karena Allah, langkah berikutnya yaitu disiplin membiasakan diri sendiri. Karena prasangka itu ada di dalam hati, maka diri sendiri lah yang paling tahu dan paling bisa mengendalikannya. Caranya dengan membuang jauh-jauh pikiran atau prasangka buruk jika sudah mulai muncul. Deteksi diri dari prasangka buruk harus dibiasakan agar lebih mudah menghentikan dan membuang jauh setiap prasangka buruk yang muncul.

3. Kreatifitas
Apa hubungan husnudzon dengan kreatifitas? Kreatifitas bukan hanya menciptakan suatu barang baru, namun salah satunya adalah kreatif dalam berpikir. Agar bisa menghentikan dan membuang jauh suudzon, kita harus belajar kreatif menciptakan prasangka-prasangka baik untuk menggantikan yang buruk. Jika prasangka buruk muncul, tapi kemudian tidak bisa menciptakan prasangka baik untuk menggantikannya, maka sulit untuk membuang jauh-jauh prasangka buruk tersebut. Sehingga kreatifitas di sini sangat diperlukan.
Contoh konkritnya, misalkan seorang teman yang berjanji menjemput untuk pergi bersama ke suatu tempat ternyata tidak datang. Biasanya dalam pikiran kita segera muncul prasangka yang kurang baik. Saat terjadi seperti itu, maka harus segera menyadari untuk mengganti prasangka tersebut dengan mencari kemungkinan-kemungkinan yang positif. Mungkin karena ada hal yang terjadi di luar dugaan, misalnya. Dalam hal ini tergantung setiap orang mencari alasan positif atau husnudzon sesuai kreatifitasnya.

Jadi, niat yang kuat untuk berprasangka baik, pembiasaan mendeteksi dan menghentikan prasangka buruk, dan melatih kreatifitas menciptakan alasan untuk menggantikan prasangka buruk yang muncul, adalah kunci untuk melatih dan membiasakan husnudzon dalam diri seseorang.
Wallahu a'lam.

#onedayonepost
#ODOPbatch5

8 comments:

 
Diary Guru © 2016 | Contact Us +6281567814148 | Order Template di Sangpengajar
Top