Kali ini saya mengajak pembaca menyimak tentang Ambigu. Kalau pembaca bukan orang Ternate dan belum pernah ke sini, mungkin yang terbayang dari kata ambigu adalah makna kata. Tetapi bagi orang Ternate, mendengar kata ambigu akan segera terbayang tentang makanan. Iya … karena Ambigu di Ternate adalah nama sebuah tempat makan, tepatnya warung bakso.


Sejak pertama kali saya datang di Ternate tahun 2010, warung bakso ini sudah ada. Saat itu berlokasi di Kampung Makassar, dan sekarang berpindah di lokasi yang lebih strategis yaitu kelurahan Santiong tepatnya di muka Ternate Mall atau disebut juga mall lama.

Sebagai penyuka bakso, saya cukup sering mampir ke sini. Jenis bakso yang disajikan adalah bakso malang, yang ciri khasnya berisi bakso rebus, mie, tahu bakso, dan berbagai macam gorengan pelengkap. Yang unik, pembeli memilih sendiri jenis isian bakso dan seberapa banyak porsinya alias swalayan, berbeda dengan warung bakso yang lain.


Saat pembeli datang menghampiri meja berisi menu bakso, seorang pelayan akan memberikan nampan berisi mangkuk dan piring kecil dilengkapi tisu. Selanjutnya pembeli mengambil sendiri jenis isi apa yang diinginkannya. Kalau saya, jenis rebus saya taruh di mangkuk, sedangkan piring kecil untuk tempat gorengannya. Setelah itu pelayan lain menuangkan kuah pada mangkuk sambil melengkapi bawang goreng dan daun kucai. Terakhir sebelum menuju meja tempat makan, di ujung meja, kasir mencatat jumlah porsi dan menanyakan minuman yang akan dipesan. Semua proses itu terjadi di satu baris meja seperti layanan satu unit.


Di setiap meja tempat makan, sudah dilengkapi sendok dan pelengkap bakso: kecap, saus, dan cuka. Suasananya buat saya cukup nyaman, tapi kalau datang di waktu-waktu banyak orang makan, bisa jadi tidak kebagian tempat. Biasanya jam makan siang atau malam hari selepas maghrib adalah jam penuh. Jadi hati-hati kalau datang pada waktu-waktu itu.

Oh ya, kalau ke Ambigu, datanglah sekitar pukul 11.00 WIT tapi jangan di hari Jum’at. Karena di hari Jum’at warung ini libur. Kalaupun buka biasanya di sore hari. Sementara jam tutup di malam hari sepertinya tergantung penjualan. Jika habis cepat maka tutup cepat pula.


Menurut saya, kelebihan tempat makan bakso ini adalah:

1. Pelayanan yang unik, yaitu swalayan atau prasmanan.
2. Jenis pilihan bakso dan pelengkapnya beragam. Ada bakso biasa, bakso urat, dan bakso goreng.
3. Harga terjangkau, tidak mahal. Harga per porsi tergantung pilihan karena dihitung per biji. Rata-rata harga per jenis Rp.2000,00 selain pangsit per biji Rp.1000,00.
4. Rasa tidak mengecewakan.
5. Kebersihan tempat cukup baik.
6. Tempat parkir cukup luas.

Satu lagi, para pelayannya juga ramah, terbukti saat saya meminta izin untuk mengambil foto, mereka menawarkan supaya saya berdiri di belakang meja menu dan siap mengambilkan gambar dari android. Hmmm … lumayan, serasa menjadi penjual bakso beberapa menit.

Untuk kekurangan, menurut penilaian saya, karena menu hanya bakso saja, pengunjung tidak mempunyai pilihan. Kalau lebih luas tempat makannya juga akan lebih menarik dan representatif bagi pengunjung, apalagi jika dilengkapi wifi.

#ODOPbatch5
#Review
#onedayonepost
#tantangan3

21 comments:

  1. Kereeennn (y) mbak 😇
    Menunya bakso doang mbak? 😆 kali aja ada mie ayam gituh 😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bakso aja...
      Betul begitu kah review itu mba Nia?
      Kasih masukan donk...

      Delete
    2. Hmmm... sayang ya? 😆
      Waduh, jangan tanya saya, tanya mbak Kiki 🙈 tapi, review-nya udah keren kok mbak, beneran keren banget! 😇

      Delete
    3. Terima kasih.... sebetulnya pingin dikasih masukan...

      Delete
    4. Hiii... maaf ya mbak, tapi, coba ya. Gini, kalau katanya Mbak Kiki, review itu lebih ilmiah, jadi mungkin bahasa yang digunakan lebih baku/ilmiah, mis. Aku diganti saya, mau ganti akan, dan "Hiii/Heee" diilangin aja kali ya. Intinya jadi lebih baku. Mungkin itu?

      Delete
    5. Oh...jadi nggak boleh pakai gaya ya penulisannya... hihiii

      Delete
    6. This comment has been removed by the author.

      Delete
    7. Sepertinya begitu. Sebenarnya penulisan nonfiksi emang harusnya baku kan ya? Heee... kitanya aja yang bandel. Buat referensi liat blognya Mbak Kiki aja Mbak, di situ Mbak Kiki ada nulis review 😇

      Delete
    8. Wuah... saya comment panjang kali lebar di sini, gimana nanti kalau ternyata reviewnya malah amburadul. Punya saya maksudnya 🙈

      Delete
    9. This comment has been removed by the author.

      Delete
    10. Saya yang minta masukan kok mba... terima kasih. Sebelum ngodop saya tidak pakai aku dlm tulisan. Ini ngodop kok rasa gimana... pake saya. 😊

      Delete
    11. This comment has been removed by the author.

      Delete
    12. This comment has been removed by the author.

      Delete
    13. Iya... waktu bw banyak yg pakai aku...
      Terima kasih ... sudah saya edit tuh...

      Delete
    14. Kembali kasih mbak. Saya yang makasih, dapat pencerahan ini, #eh 😆 Haaa... efek yang ikut ODOP banyakan remaja kali mbak 😂 jadi yang tua ini rasanya gimana gituh yah 😂

      Delete
  2. Wah jadi kangen bakso, jadi kangen makanan Indonesia.
    Ada kemajuan sekarang ya bu guru, sebenarnya saya lebih suka tulisannya yang ini. Lebih nyaman bacanya walau lebih formal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitu ya... terima kasih masukannya...
      Btw mba Al Khawla stay di mana?

      Delete
    2. Panggil Dinda Mba, :-) saya di Mauritius.

      Delete
    3. Oww....pantas saya lihat ada pemirsa dari Maritius.
      Study atau bekerja mba...

      Delete

 
Diary Guru © 2016 | Contact Us +6281567814148 | Order Template di Sangpengajar
Top