Gambar dari: https://goo.gl/images/JeQXKy

Tidak terasa Eva sudah hampir menyelesaikan semester tujuh. Waktu bagai peluru yang tak tertahan, melesat tanpa dapat dihentikan. Beberapa teman sekelasnya bahkan sudah mulai menyusun skripsi. Mereka para calon dosen, selama kuliah telah mengasisteni beberapa dosen. Bahkan ada yang hanya tinggal menunggu diwisuda. Ada juga yang telah mendahului yang lain, melengkapi separuh din, begitu kata Mbak Nurul. Sementara Eva, ia masih galau dengan apa yang akan dikerjakannya nanti setelah lulus. Itu yang membuatnya bermalas-malasan untuk mengejar waktu.

Sebagai anak bungsu, Eva merasa mengalami tekanan dari orang tua dan kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga. Hal itu terjadi, karena menurut keluarganya, Eva tampak membahayakan.

“Coba lihat dirimu. Selama sekolah dan kuliah sampai semester 7, belum pernah tampak punya pacar sekalipun. Itu kan tanda bahaya, Va.” Begitu kata mamah Eva.

Dari situlah, setiap kali Eva pulang saat libur semester, mamah atau kakaknya selalu mengenalkan dirinya dengan lelaki pilihan mereka. Eva sangat tidak nyaman dengan itu, sehingga ia seringkali memilih tidak pulang lama-lama di rumah.

Seperti kabar yang baru diterimanya melalui SMS, mamahnya bercerita bahwa ada kerabat di Bandung akan berkunjung saat liburan. Mereka sekalian mengenalkan anaknya, siapa tahu cocok bisa menjadi besan. Sudah kesekian kalinya hal seperti ini terjadi pada Eva, dan kali ini ia merasa sudah bosan. Eva hanya membalas SMS dengan janji untuk pulang beberapa minggu lagi.

Tibalah saat yang Eva janjikan, ia terpaksa pulang untuk menyenangkan orang tuanya. Dan benar saja, beberapa hari di rumah, mereka yang diceritakan benar-benar datang. Kali ini Eva lebih kooperatif. Tidak seperti biasanya, pernah ia malah pergi saat ada yang datang mau dikenalkan.

Eva berkomunikasi lancar dengan keluarga maupun si calon yang dikenalkan. Dia berpikir untuk menurut saja apa yang diinginkan mamahnya. Dengan Rian, lelaki yang dimaksud, ia sempat bercerita tentang beberapa hal. Dan pada akhirnya Eva berkata pada mamahnya saat mau kembali ke Solo.

“Aku ikut saja lah, apa kata Mamah. Kalau itu baik, aku mah ikut saja.” Itu Eva sampaikan karena ia berpikir, Rian tidak terlalu jauh dari bayangan lelaki yang diinginkannya.

Eva sudah menyiapkan diri dengan semua kemungkinan dari perkataannya itu. Kalau jodohnya dengan Rian, pasti akan dimudahkan jalan untuk sampai ke pernikahan. Jadi, sejak balik ke Solo setelah perkenalannya dengan Rian, hati Eva sedikit gelisah. Apakah masa lajangnya akan segera berakhir?

“Kamu sepertinya lagi berpikir sesuatu, Va.” Nuri merasa ada yang beda dengan Eva.

Namun Eva merasa tak kuasa untuk menceritakan apa yang dipikirkannya saat itu.

Bersambung ....


#BismillahLulus
#Tantangan7&8
#onedayonepost
#ODOPbatch5

5 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Hmmm... persis lagi!
    Mbak kok bisa sama sih?
    Saya jadi merinding ini bacanya, Haaa...
    #terasadirialahEva

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. jadi saya sedang bercerita tentang mba Nia ya ...?

      Delete
    3. Haaa... mungkinkah? :-)
      #hanyakebetulansajasama

      Delete

 
Diary Guru © 2016 | Contact Us +6281567814148 | Order Template di Sangpengajar
Top