Eva sedang memperhatikan papan pengumuman ketika Fani dan Indah keluar dari lab komputer. Mereka menghampiri Eva, Fani membuka pertanyaan, "Va, sudah bikin tugas pemrograman?"
"Belum."
"Tadi ada Kak Amar di lab, lho?" Fani menggoda.
Eva mencubit lengan Fani, khawatir Indah tahu apa yang disimpannya berdua Fani.

“Eh, nanti sore jangan lupa ada asistensi.”
Sambil berjalan ke lantai satu, Fani mengingatkan program asistensi yang merupakan bagian dari mata kuliah Agama.

“Nanti jadwalnya Mbak Imas yang kasih materi kan?” Eva memastikan.

“Iya,” Fani dan Indah menyahut hampir berbarengan.

“Aku malas Fan, kalo asistennya Mbak Imas.” Eva tiba-tiba nyeletuk, saat Indah sudah memisahkan diri.

“Kenapa? Kamu kan biasanya rajin hadir.” Fani heran.

“Iya, kalau Mbak Nurul aku suka. Tapi malas kalo Mbak Imas.”

Fani membiarkan Eva bercerita. Ia sudah paham temannya itu, pasti nanti cerita sendiri.

“Aku kecewa sama Mbak Imas, ingat kan waktu pertemuan terakhir dia bilang? Katanya ada yang suka mengumbar senyum, tebar pesona sama cowok-cowok. Aku langsung tahu, pasti yang dia maksud itu aku. Diantara kita kan aku saja yang paling mudah senyum.”

“Perasaanmu saja kali Va.” Fani menetralkan.

“Mbak Imas tidak mengerti, mana senyum yang bermaksud lain mana yang bukan. Aku kan nggak  bermaksud menggoda dengan senyumku. Dari dulu orang beranggapan aku tersenyum, padahal aku rasa biasa saja.”

Fani melihat Eva benar-benar kecewa di wajahnya.

“Aku jadi merasa dihakimi sama Mbak Imas. Dan males jadinya mau ikut asistensinya.”

Fani merasa cukup mendengarkan saja curhat Eva, tak perlu menanggapi banyak. Akhirnya, Eva dan Fani berpisah di persimpangan jalan, Fani menuju gerbang depan karena kostnya di depan kampus.

Sore harinya, Eva benar-benar tidak mengikuti asistensi. Ia balik ke kampus tetapi menuju ke tempat lain.

Sementara, di tempat parkir perpustakaan pusat UNS, Amar sedang memarkir motornya. Ia mau mencari buku referensi untuk tugasnya. Biasanya ia bersama Rama, tapi kali ini Rama mengisi asistensi. Saat berjalan menuju lobi perpustakaan, melewati halaman auditorium, ia merasa melihat seseorang yang dikenal. Diantara beberapa orang dengan seragam putih-putih bersabuk warna-warni, ia melihat Eva. Mereka berlari mengelilingi halaman yang cukup luas, sedang pemanasan.

Ternyata gadis itu ikut karate ....” Seakan Amar geleng-geleng di dalam hatinya.

Sebentar, itu ada juga cowok kimia berambut gondrong. Oh, jadi mereka sama-sama anggota karate.” Amar tersadar.

Amar cepat berlalu menuju perpustakaan. Ia sudah berkeputusan untuk meminimalisir kontak dengan Eva. Setelah perasaan bersalahnya waktu itu, ia merenung dan membulatkan hatinya untuk menitipkan semua rindunya kepada Sang Pemilik Hati, Penjaga Hati yang terbaik. Amar yakin, jika dia jodoh baginya, suatu saat pasti akan dipertemukan olehNya.

Namun, pemandangan tadi cukup mengagetkan Amar, dia tidak menyangka gadis itu ikut kegiatan yang cukup macho seperti itu.

Gambar dari: jqpandanus.blogspot.co.id

Bersambung ....

#BismillahLulus
#Tantangan7&8
#onedayonepost
#ODOPbatch5

2 comments:

  1. Eva kita sama lagi... #ups #jadirindu
    Keren Amar... yah, titipkan saja pada-Nya ^_^

    ReplyDelete

 
Diary Guru © 2016 | Contact Us +6281567814148 | Order Template di Sangpengajar
Top