Saat menulis ini, Rabu malam tanggal terakhir di bulan Januari 2018. Tepat sebuah fenomena keagunganNya sedang berlangsung. Super blue blood moon, namanya cukup panjang, tapi singkatnya adalah gerhana bulan total (GBT). Ada juga yang menyebutnya bulan berdarah (ngeriii kalo yang ini). Kalau dari nama lengkapnya, ada tiga momen yang terjadi. Super moon adalah posisi bulan dan bumi paling dekat sehingga bulan tampak dalam ukuran terbesar. Blue moon karena pada bulan yang sama, ini adalah purnama ke-2 yang sebelumnya terjadi tanggal 1. Dan blood moon karena bulan tampak kemerahan seperti berdarah hasil pantulan cahaya matahari. Heee… sayang nih kalau tidak dituliskan.

Dari pengamatan pukul 21.30 WIT bulan sudah tersisa sekira seperempat, tepat 21.51 sudah tertutup seluruh bagian, dan selanjutnya rupa bulan berubah menjadi kemerahan dengan sebagian sisi cenderung gelap. Semakin lama daerah gelap semakin besar, mendekati pukul 23.00 si dewi malam hampir tak tampak. Kalau perkiraan BMKG, GBT ini akan berlangsung sekitar 77 menit. Informasinya lagi, gerhana seperti ini hanya terjadi setiap 150 tahun, jadi malam ini sungguh merupakan malam istimewa bagi yang menyaksikannya.

Namun meski istimewa, kehebohan gerhana bulan total kali ini masih kalah dengan gerhana matahari total pada 8 Maret 2016. Karena terjadi siang hari, fenomenanya sangat terasa yaitu keadaan yang gelap dengan tiba-tiba. Saat itu pukul 09.55 WIT serasa menjelang maghrib. Gelap sekitar 1 menit lebih, kemudian mulai terang kembali. Ternate merupakan salah satu kota yang ditakdirkan menyaksikan keagungan kuasaNya saat itu. Aku pun merasa beruntung, bisa menyaksikan langsung dari jendela kamar atas di rumah dan merasakan pengalaman rohani yang luar biasa.

Pada gerhana bulan tentu keadaan gelap terang tidak jelas terasa, hanya tampak pada penampakan bulan saja. Ba’da maghrib bulan masih tampak bulat sempurna, tapi seakan ada lapisan yang menghalangi sehingga tampak samar-samar. Baru pukul 20.30 mulai tertutup dari arah bawah hingga semakin ke atas.

Sungguh, menyaksikan langsung kedua fenomena gerhana selalu menggetarkan hati. Terutama saat-saat puncak gerhana matahari total, badan terasa gemetar dan air mata mengalir begitu saja. Tapi seakan ada keindahan tersendiri, menjadi saksi kebesaran Pencipta alam semesta.

Sebagai muslim, afdhalnya tentu mendirikan shalat gerhana, namun jika berhalangan paling tidak mengagungkan namaNya dengan bertakbir. Bersyukur jika fenomena seperti itu bisa menebalkan keimanan dalam hati. Iman atas keberadaanNya, dan iman atas hari akhir. Karena yang terbayang saat gerhana matahari terutama adalah gambaran keadaan kiamat. Mungkin memang Allah bermaksud mengingatkan manusia bahwa kiamat itu pasti adanya, melalui fenomena gerhana.

Di ujung tulisan ini dipostkan, aku melongok ke luar lewat kaca jendela, ternyata bulan telah purnama ditandai langit yang tak lagi gulita. Tepat kulihat jam dinding menunjuk 00.15. Super blue blood moon rupanya telah berlalu. Sejenak kemudian angin bertiup dan rintik hujan menutup fenomena itu di bumi Ternate.


#onedayonepost
#ODOPbatch5

4 comments:

  1. Keren ya bulannya...sayang nggak keliatan dari rumah saya.

    ReplyDelete
  2. masya Allah.. antara takjub dan takut.. krn Rasul sendiri pun takut dgn gerhana, sungguh mudah bagi Allah kalau hny sekedar menerbitkan mentari dr barat..


    nice post mbak
    salamdari venus

    ReplyDelete

 
Diary Guru © 2016 | Contact Us +6281567814148 | Order Template di Sangpengajar
Top